Yang Perlu di Perhatikan Sebelum Menerbitkan Buku
Assalamualaikum wr.wb.
Alhamdulillah malam ini sudah memasuki pertemuan ke - 12 dengan Narasumber yang begitu luar biasa yaitu Bapak Susanto,S,Pd dan moderator yang mungil dan baik hati adik Arofiah Afifi yang selalu memandu acara dengan riang dan gembira, sehingga kelas menjadi lebih hidup dan sangat interaktif...
Narasumber sangat semangat dalammembagikan ilmunya kepada peserta yang gterus menyimak. Setiap kata dan kalimat yang dipaparkan dengan sangat menarik dan antusiasme, materi yang sudah narasumber sampaikan bukan hanya sekedar nformasi, tapi merupakan bagian dari semangat hidupnya. Narasumber tidak hanya menjadi sumber pengetahuan, tetapi juga menjadi penyemangat belajar para peserta. Meskipun ilmu yang dibagikan hanya melalui daring WA, tapi dapat dirasakan seakan hadir di depan peserta yang tak henti menyimak dengan seksama..
Narasumber kemudian membagikan ilmunya tentang Proofreading.
Apa itu Proofreading? Proofreading adalah memeriksa kesalahan dalam teks dengan cermat sebelum dipublikasikan atau dibagikan. Aktivitas ini dilakukan setelah pengeditan. Menurut narasumber “kita perlu membaca ulang kembali untuk memeriksa sebuah tulisan agar diketahui ada atau tidak kesalahan. Kesalahan apa saja yang dikoreksi? kesalahan pengetikan atau ejaan, penggunaan tanda baca, konsistensi dalam penggunaan Nama atau istilah, logika dari sebuah tulisan.”
- Bagaimana Melakukan Profreading Naskah Sendiri? (Self Editing)
Menetralkan perasaan tulisan sendiri, diamkan naskah beberapa waktu
Melakukan proofreading sendiri yang baik dan benar adalah tidak serta merta selesai menulis langsung memeriksa. Beri jeda sejenak untuki menetralkan perasaan. Sebab, sebagai penulis pasti merasa sangat yakin tulisan yang dibuat sudah benar. Dengan memberi jeda beberapa saat, perasaan penulis akan netral dan akan lebih objektif menilai tulisan sendiri.
- Membaca dulu seluruh naskah yang sudah ditulis mengedit dulu agar tidak salah asumsi
Penulis sering luput dalam penulisan huruf (termasuk ejaan) karena terlalu fokus pada kualitas kontennya, bukan teknik menulisnya. Juga melakukan kesengajaan dalam melanggar kaidah menulis buku secara tata cara penulisan huruf (dan penggunaan kaidah ejaan lainnya) adalah hal yang bersifat mikro dalam menulis buku tetapi saja harus dianggap penting apalagi dalam penulisan yang bertemakan ilmiah atau publikasi semacam media online tata cara kecil ini harus tinggi demi mendapatkan kualitas yang tinggi.
Sebagai penulis jurnalis yang sering mengutip kalimat langsung yang sangat panjang maka kalimat langsung tersebut kita penggal menjadi dua. Jika megutip sebuah percakapan maka gunakan kalimat tidak langsung, dan ditandai dengan kata bahwa.
Dalam SEO, kalimat seyogyanya tidak lebih dari 20 kata, namun pada penerbitan, mengikuti aturan media yang bersangkutan. Namun, pada intinya, kalimat pendek maupun kalimat panjang mengandung unsur kalimat yang lengkap. Jika harus menggunakan kalimat majemuk, yakni beberapa kalimat tunggal digabung menjadi satu, maka tempatkan anak kalimat pengganti keterangan dibuat dengan jelas.
Kalimat tersebut kurang tepat dalam penulisannya karena:
Dahulu kala selama ratusan tahun Indonesia dijajah oleh Portugis, Belanda dan Jepangàketerangan waktu
hingga dengan kegigihan para pahlawan perjuanganàketerangan akibat
serta seluruh masyarakat Indonesia dan tidak lupa dengan doaàketerangan kesertaan
Kalimat itu tidak memiliki subjek sebagai unsur pokok kalimat.
- Memeriksa saltik (typo), istilah EYD, Struktur, kelogisan.
Sebagai penulis, typo, spasi berlebih, kesalahan tanda baca dan sejenisnya merupakan hal yang harus dihindari. Agar tulisan kita enak dibaca dan dipahami oleh para pembaca.
Saltik atau typo
Typo insidental, kesalahan mengetik, seperti perbaiki
typo Individual, kecenderungan pribadi, misalnya menulis kata “buku” pada awal kalimat selalu “Buku”
tipe automatical, koreksi otomatis dari aplikasi:
bisa → bias, sosial →social, asma → astma
Typo konseptual, bukan salah ketik melainkan salah konsep
karier → karir, . sesudah tanda titik atau tanya
- Membaca dengan suara (enak dan mengalir)
"Membaca dengan suara yang enak dan mengalir" dalam konteks proofreading dapat diartikan sebagai membaca teks dengan intonasi dan ritme yang membuatnya mudah dipahami dan menyenangkan untuk didengar. Saat melakukan proofreading, tujuan utama adalah untuk menemukan dan memperbaiki kesalahan tata bahasa, ejaan, dan kesalahan lainnya dalam teks.
Dengan membaca teks dengan suara yang enak dan mengalir, kita dapat lebih mudah mendeteksi kesalahan atau kelancaran yang kurang dalam kalimat. Hal ini membantu kita memahami konteks secara lebih baik dan mengidentifikasi potensi perbaikan yang diperlukan. Terkadang, membaca dengan suara juga dapat membantu mengungkapkan potensi kesalahan yang mungkin terlewat saat membaca secara diam-diam.
Kalimat Penutup dari Narasumber:
Proofreading bukan mengekang kreativitas Anda dalam menulis, namun tulisan yang sudah jadi tetap harus diperiksa. Proofreading dilakukan agar kaidah-kaidah kebahasaan untuk tulisan fiksi maupun nonfiksi.
Jika memiliki naskah calon buku, serahkan kepada orang lain untuk melakukan editing. Komunikasi antar editor/proofreader dengan penulis tetap berlangsung jika ada kalimat yang perlu didiskusikan maksud si penulis.
Proofreading dilakukan agar kaidah-kaidah kebahasaan untuk tulisan fiksi maupun nonfiksi tetap terjaga.
Alhamdulillah banyak ilmu yang didapatkan pada malam hari ini, terimakasih narasumber dan moderator sudah berbagi ilmu pada malam hari ini.
Wassalamualaikum Wr Wb.
Komentar
Posting Komentar